Epidermolisis bulosa (EB) adalah gabungan berbagai kondisi
turunan langka yang berhubungan dengan jaringan ikat berupa gangguan yang
menyebabkan kulit dan membran mukosa melepuh.
Kulit yang melepuh di bagian luar maupun dalam tubuh merupakan
reaksi dari gesekan ketika menggosok, garukan, terpapar hawa panas, atau cedera
kecil. Kondisi ini umumnya berkembang pada bayi dan anak-anak, dan bisa juga
muncul pada masa remaja atau remaja dewasa.
Epidermolisis bulosa (EB) adalah penyakit turunan yang
terdiri dari berbagai klasifikasi tergantung kepada lokasi lapisan kulit yang
melepuh, antara lain pada lapisan terluar (epidermis), lapisan bawah (dermis),
atau area membran basal. Area membran basal adalah area pertemuan antara
epidermis dan dermis.
Seseorang yang menderita EB tidak memiliki protein pengikat
diantara lapisan kulit atas dan bawah yang menyebabkan kulit atas dan kulit
bawah dapat bergesekan. Hal itu menyebabkan kulit menjadi rapuh dan mudah
terkelupas, walau hanya tergesek, memicu timbulnya lepuhan dan luka. Kondisi
ini disebabkan terjadinya mutasi pada setidaknya 18 jenis gen dengan 300
variasi yang telah ditemukan.
1. Epidermolisis
bulosa simpleks
Disebabkan oleh cacat pada gen yang memproduksi
keratin, menyebabkan lepuh muncul di epidermis, biasanya di telapak kaki dan
telapak tangan. Kondisi ini umumnya berkembang ketika dilahirkan atau beberapa
tahun pertama usia bayi dan diduga berasal dari ayah atau ibu. EB simpleks
lebih banyak ditemui dibandingkan jenis lainnya.
2. Epidermolisis
bulosa distropik
Disebabkan oleh cacat pada gen yang memproduksi kolagen,
yaitu gen yang menyatukan kulit dengan semestinya. Gejala yang muncul bisa
bervariasi dari ringan hingga parah. Kondisi ini umumnya diketahui
ketika lahir atau di masa kanak-kanak.
3. Epidermolisis
bulosa junctional
Disebabkan oleh cacat pada gen yang memproduksi serat
seperti benang yang mengikat epidermis dengan membran basal, menyebabkan pemisahan
jaringan dan lepuh yang muncul di lapisan kulit bagian dalam. Kondisi ini
biasanya parah dan langsung disadari ketika bayi lahir, memicu gejala-gejala
berupa tangisan serak akibat lepuh dan terbentuknya jaringan parut di pita
suara. Kedua orang tua diduga mewarisi gen ini kepada anak, walau keduanya
tidak menampakkan gejala dari EB.
4. Sindrom
Kindler
Pada kondisi ini, lepuh berkembang di seluruh lapisan kulit,
menyebabkan perubahan warna pada kulit yang terpapar sinar matahari dan umumnya
muncul ketika lahir atau tidak lama sesudah dilahirkan. Kondisi ini
tergolong jarang dan biasanya akan membaik atau menghilang seiring waktu.
Sindrom Kindler adalah jenis EB yang sifatnya resesif.
5. Epidermolisis
bulosa acquisita
Kondisi langka ini berbeda dengan EB lainnya karena
bukan merupakan penyakit turunan melainkan akibat adanya kelainan atau gangguan
pada sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan tubuh sendiri yang masih
sehat. Kulit melepuh biasanya muncul di tangan, kaki, dan membran mukosa, atau
lapisan kulit dalam.
Pada beberapa kasus epidermolisis bulosa, lepuh tidak muncul
dan terlihat di permukaan namun di dalam rongga mulut atau usus. Gejala
kemungkinan baru muncul setelah bayi mulai berjalan atau bisa melakukan
aktivitas fisik yang memicu pergesekan kaki. Beberapa gejala yang mungkin adapada penderita epidermolisis, antara lain:
- Penebalan kulit telapak tangan dan kaki.
- Ada benjolan kecil berwarna putih yang menyerupai jerawat, bernama milia.
- Kulit yang tampak tipis atau kondisi pembentukan jaringan parut atropik.
- Kulit mudah melepuh dan berisi cairan akibat gesekan, khususnya di lengan dan kaki.
- Kelainan bentuk atau kehilangan kuku jari tangan dan kaki.
- Lepuh serta jaringan parut di kulit kepala dan kerontokan rambut.
- Lepuh yang muncul di pita suara, esofagus, dan saluran udara atas.
- Kesulitan menelan.
- Terganggunya kesehatan gigi, seperti berlubang akibat terbentuknya enamel buruk.
- Kesulitan menelan.
- Menunjukkan gejala infeksi, seperti badan hangat, memerah, demam atau panas dingin, kulit yang bengkak atau sakit, serta memiliki aroma tidak sedap yang berasal dari luka.
Dokter yang memeriksa dan melihat tanda-tanda EB pada
penderita kemungkinan akan langsung merujuk pasien kepada seorang spesialis
kulit atau dermatologis, untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan bagi
kondisi ini.
Dermatologis mungkin akan langsung mengenali kondisi kulit
penderita sebagai gejala EB, namun tes penunjang tetap diperlukan untuk
memastikan diagnosis. Tes laboratorium yang mungkin dilakukan, yaitu :
1. Tes
genetik
Tes ini dilakukan mengingat sebagian besar jenis EB diturunkan dari
orang tua kepada anak. Sejumlah kecil darah akan diambil untuk dites dan
memastikan diagnosis EB.
2. Biopsi
kulit
Untuk pemetaan imunofluoresens dengan cara mengambil sebagian
kecil kulit untuk diperiksa lapisan dan kandungan proteinnya. Tes prenatal dan
konseling genetik sangat disarankan untuk dilakukan orang-orang yang memiliki
riwayat keluarga penderita EB.
Obat untuk mengatasi epidermolisis bulosa belum ditemukan,
namun pada beberapa kasus ringan, kondisi penderita dapat membaik seiring
bertambah usia. Pengobatan dilakukan untuk mengobati gejala, mencegah rasa
sakit dan luka, khususnya pada kasus yang lebih serius dan berisiko terjadinya
komplikasi yang fatal hingga kematian.
Sebuah tim yang beranggotakan dokter, perawat, dan tenaga
medis profesional dari beragam spesialisasi akan terlibat di dalam proses
pengobatan epidermolisis bulosa (EB). Pengobatan EB sendiri memiliki beberapa
langkah penanganan yang bisa dilakukan, yaitu:
3. Pemberian
obat - obatan
Untuk mengendalikan rasa gatal dan sakit serta mencegah komplikasi.
Tablet minum antibiotik adalah salah satu jenis obat yang akan diberikan jika
penderita menunjukkan gejala infeksi, seperti demam dan kelenjar getah
bening yang membengkak. Tablet minum lain yang mungkin diberikan adalah obat
antiradang golongan kortikosteroid untuk mengurangi sakit akibat kesulitan
menelan.
4. Prosedur
operasi mungkin dilakukan untuk memperbaiki fungsi organ yang terganggu
akibat kondisi ini atau meningkatkan kemampuan tubuh mengonsumsi makanan yang
sehat dan berimbang. Prosedur operasi terdiri dari :
- Melebarkan esofagus – Penyempitan esofagus yang disebabkan oleh munculnya lepuh dan jaringan parut dapat membuat penderita merasa kesulitan makan. Pengobatan melalui jalan operasi dilakukan untuk memudahkan makanan masuk ke perut dan bisa dicerna tubuh. Operasi dilakukan dengan cara memasukkan sebuah balon ke dalam esofagus, lalu dikembangkan/ditiup untuk melebarkan area itu.
- Memulihkan kemampuan gerak (mobilitas) organ tubuh – Lepuh dan jaringan parut yang terus-menerus muncul akan memicu perubahan bentuk pada sendi organ, misalnya jari yang menyatu atau bengkok sehingga mengganggu pergerakan normal.
- Pemasangan gastrostomi – Tabung gastronomi adalah tabung yang dimasukkan dari dinding luar perut langsung ke dalam lambung. Tabung ini bertujuan membantu tubuh tetap mendapatkan asupan nutrisi yang dibutuhkannya bila pasien sulit menelan dan membantu penambahan berat badan yang direkomendasikan dokter. Penderita yang masih dapat melanjutkan makan dengan menggunakan mulutnya jika sudah memungkinkan.
- Transplantasi kulit – Sebagian penderita membutuhkan prosedur ini untuk mengobati luka akibat EB.
5. Terapi
rehabilitasi
Dapat membantu penderita memulihkan pergerakan tubuhnya
yang terbatas atau terganggu akibat munculnya jaringan parut atau memendeknya
kulit karena epidermolisis bulosa. Salah satu terapi yang digunakan adalah
berenang untuk mempertahankan mobilitas tubuh. Terapi ini juga akan membantu
penderita melakukan aktivitasnya sehari-hari dengan aman dan nyaman.
Terdapat juga prosedur - prosedur pengobatan EB lain yang
hingga kini masih diteliti oleh para ahli, antara lain terapi gen,
transplantasi sumsum tulang, penggantian protein, dan terapi berbasis sel.
Tanyakan kepada dokter Anda mengenai perkembangan prosedur pengobatan terkini
yang bisa digunakan untuk mengobati epidermolisis bulosa.
Merawat seorang penderita EB di rumah membutuhkan
pengetahuan yang memadai akan penyakit ini dan cara menangani kulit melepuh
atau luka yang muncul. Lepuh yang dibiarkan dapat melebar dan menciptakan luka
yang lebih besar ketika pecah. Konsultasikan kepada dokter dalam mencari tahu
cara memecahkan dan mengeringkan lepuh agar tidak melebar serta produk-produk
yang bisa digunakan untuk menyembuhkan, melembapkan, dan mencegah infeksi.
Anak
yang besar atau dewasa dapat mengonsumsi obat pereda sakit yang
diresepkan dokter kira-kira 30 menit sebelum penggantian perban dilakukan.
Penderita yang tidak merespons terhadap obat pereda sakit dapat menggunakan
obat antikejang. Konsultasikan kepada dokter sebelum menggunakan obat-obatan
ini.
Cucilah
tangan sebelum menyentuh lepuh atau mengganti perban pembalut luka.
Rendamlah
area perban yang terlalu menempel pada luka ke dalam air hangat dan tunggu
hingga terlepas dengan sendirinya atau melonggar. Jangan menarik perban dengan
paksa karena dapat memecahkan lepuh.
Bersihkan
luka dengan cara merendamnya ke dalam larutan air dan garam selama 5-10 menit,
setelah itu bilas dengan air hangat atau suam-suam kuku. Larutan lain yang bisa
digunakan adalah larutan cuka yang dicampur dengan pemutih. Cara ini membantu
mengurangi sakit yang mungkin muncul ketika penggantian perban.
Sebagai
langkah pengaman, bungkuslah tangan dan kaki yang melepuh tiap hari untuk
mencegah terjadi perubahan bentuk pada organ atau jari tangan yang menempel.
Gunakan
jarum yang steril untuk memecahkan lepuh yang baru terbentuk untuk
mencegahnya menyebar. Jangan mengelupas kulit yang tersisa, biarkan mengering
yang akan sekaligus melindungi lapisan kulit di bawahnya.
Gunakan
krim atau losion sebelum membalut luka dengan perban. Beberapa jenis krim
yang bisa digunakan adalah krim antibiotik, petroleum jelly, atau bahan
pelembap lainnya. Gantilah jenis krim antibiotik yang digunakan terlalu lama
dengan jenis lainnya setiap bulan. Pilihlah perban yang sesuai dengan
kebutuhan, kemampuan, dan kondisi luka.
Menangani lepuh yang muncul di dalam rongga mulut atau
tenggorokan pada penderita anak di rumah akan membutuhkan kesabaran dan
ketekunan karena anak tetap membutuhkan asupan gizi yang berasal dari makanan.
Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan :
Oleskan
gel pereda sakit pada mulut bayi yang melepuh akibat menyusu atau botol susu.
Anda bisa mencoba menggunakan dot yang khusus dibuat untuk bayi prematur,
sebuah alat suntik, atau pipet obat yang ujungnya berbahan karet untuk menyusui
anak.
Sajikan
makanan bernutrisi yang lunak dan mudah ditelan, seperti sup sayuran, jus buah,
dan olahan makanan padat yang dicampur dengan susu atau kaldu (puree).
Sajikan
makanan dan minuman di dalam temperatur yang hangat, sama dengan temperatur
ruangan, atau dingin.
Disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum
memutuskan apakah perlu memberikan suplemen kepada anak atau apakah anak
membutuhkan langkah pengobatan yang lain.
Jika tidak diobati, gejala epidermolisis bulosa dapat menyebabkan komplikasi berupa:
Sepsis
– Masuknya bakteri ke dalam aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh,
menyebabkan shock dan gagal fungsi organ yang bisa membahayakan nyawa.
Infeksi
– Kulit yang melepuh rentan dengan infeksi bakteri.
Cacat
– EB dapat menyebabkan gangguan pada sendi, seperti jari yang bengkok.
Dehidrasi
– Lepuh yang berukuran besar dan terbuka memicu tubuh kehilangan banyak cairan,
serta berujung pada dehidrasi yang parah.
Konstipasi
– Kulit melepuh yang muncul di area dubur. Selain itu terdapat kondisi
dehidrasi dan kekurangan asupan makanan berserat dapat menyebabkan kotoran
sulit keluar dari tubuh.
Malanutrisi
dan anemia – Kulit melepuh di area mulut membuat penderita mengalami kesulitan
makan, berujung kepada malanutrisi dan rendahnya kadar zat besi di dalam
darah (anemia), dan mencegah proses penyembuhan luka serta pertumbuhan.
Gangguan
mata – Radang mata dapat membahayakan kornea mata dan bisa menyebabkan
kebutaan.
Kanker
kulit – EB jenis tertentu memiliki risiko tinggi terhadap berkembangnya
kanker kulit jenis karsinoma sel skuamus.
Pada kasus yang parah, nyawa pasien bisa terancam. Risiko
ini tinggi pada bayi yang mengalami EB junctional yang parah akibat infeksi,
dehidrasi, dan kulit melepuh yang telah menyebar dengan luas dan menghambat
kemampuan bayi untuk makan maupun bernapas.
Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan untuk penyakit
epidermolisis bulosa adalah dengan mencegah munculnya kulit melepuh dan
infeksi. Ini adalah beberapa langkah yang bisa Anda lakukan :
Bayi
atau anak membutuhkan perhatian orang tuanya untuk mendapatkan
kenyamanan ketika sedang sakit. Gendonglah anak dengan selembut mungkin dan
pastikan untuk menempatkannya di atas benda yang dilapisi bahan yang lembut.
Jangan mengangkat anak dari bawah lengannya. Gendong anak dengan menggunakan
tangan Anda untuk menyangga bagian bokong dan lehernya.
Aturlah
suhu di dalam rumah agar tetap sejuk. Selain itu, pertahankan kelembapan
kulitnya dengan mengoleskan pelembap, seperti petroleum jelly.
Kenakan
anak pakaian yang berbahan lembut dan mudah untuk dilepas dan dikenakan
kembali. Anda bisa menggunakan sepatu berbahan khusus yang lembut atau menjahit
bantalan empuk pada pakaian anak di area siku, lutut, dan area lain yang
memiliki titik tekanan tubuh.
Lepaskan
karet elastis yang menempel pada popok sekali pakai, lalu lapisi bagian
dalamnya dengan perban yang tidak lengket, atau taburi dengan pasta yang berisi
seng oksida (zinc oxide) sebelum digunakan.
Hindari
menggaruk lepuh dengan memastikan kuku tetap pendek atau mengenakan
sarung tangan pada bayi sebelum dia tidur untuk mencegah infeksi akibat luka
garukan.
Hindari
permukaan dan benda yang keras dengan melapisi kursi menggunakan bahan yang
lembut. Gunakan kasur udara, seprai, dan selimut yang lembut untuk tempat tidur
anak penderita EB.
Batasi
anak dari kegiatan fisik yang mungkin menyebabkan kulit mudah tergesek,
tergores, atau terluka. Anda bisa mulai dengan mengenakan celana atau baju
panjang pada anak yang hendak beraktivitas di luar ruangan.
Pastikan
Anda atau tenaga medis tidak menggunakan perban berperekat kuat pada
kulit untuk mencegah kulit melepuh pecah dan bisa mengakibatkan hilangnya
cairan dan terjadinya infeksi.
Sebagai langkah pendukung, berikan makanan bernutrisi untuk
menunjang perkembangan dan pertumbuhan anak, serta membantu penyembuhan
lukanya. Mengonsumsi vitamin dan suplemen juga dapat membantu mencegah
berkembangnya komplikasi. Utamakan pemberian nutrisi kalsium, zat besi, dan
vitamin D.
SEMOGA BERMANFAAT
No comments:
Post a Comment